KarnaTra

KarnaTra masih memegang beberapa elemen substansial dari era musik indie 90-an, mereka mencoba untuk menggambarkan dunia yang aneh dan sinis mereka, dalam cara yang lebih sejuk. Menurut saya, tiada yang lebih syahdu dari band alternatif menyanyikan lirik-lirik puitis. - See more at: http://www.deathrockstar.club/aliansi-musik-akhir-tahun-2014/#sthash.lgMnYnGL.dpuf - Deathrockstar

Ada tiga hal yang gue suka dari album ini. Pertama, eksplorasi diksi serta pemadupadanan katanya apik nan kreatif. Kedua, lirik anthemic-nya yang penuh metafora tentang tragedi dan perenungan ini mengantarkan gue dengan sopan ke suasana kontemplatif yang gue suka. Ketiga, musik brit rock-nya memang 'menyayat', tetapi tetap memberi beat yang menjaga pendengarnya agar nggak menjadi pasif dan hanyut. Entah udah berapa kali gue memutar-putar lagu Gadis Hujan saking sukanya. - Provoke

Oke, Karnatra memang sangat Britrock. Cobalah bikin survei kecil-kecilan kepada mereka yang sudah mendengarkan album panjang perdana mereka, Api di Dalam. Pertanyaannya sederhana saja: grup apa yang terbayang dalam kepala Anda begitu mendengar lagu Karnatra? Niscaya Morrissey dan Coldplay muncul sebagai jawaban terbanyak.

Vokal Ndit Naratama yang berat dan kebapak-bapakan mengingatkan kita akan gaya Morrissey ketika melantunkan syairnya. Ditambah distorsi empuk dan efek delay yang tebal kala bermelodi dari gitaris Teguh Putra Alliansich, mengingatkan kita akan tembang-tembang Chris Martin cs dari band Inggris, Coldplay. - Koran Tempo