kezia
Gig Seeker Pro

kezia

| SELF

| SELF
Band Alternative World

Calendar

This band has not uploaded any videos
This band has not uploaded any videos

Music

Press


"Kezia – Singapore Street Festival 2010"

Setelah menyambangi Singapura untuk bermain pada Singapore Street Festival 2010 pada bulan Juni yang lalu, tanggal 8-16 November 2010 Kezia mendatangi negeri Sakura atau Jepang. Kali ini dalam rangka memenuhi undangan dari Japan Music Week 2010 dan melakukan tour kecil yang berlangsung di Tokyo- Jepang.

Kezia adalah band etno- alternative( rock ) yang berasal dari Bogor. Musik yang diusung adalah penggabungan antara etnik ( musik tradisional ), techno dan alternative rock. Lagu- lagu Kezia bisa didengarkan di www.myspace.com/keziaprincezz juga.Band yang beranggotakan Martin (sebagai penabuh drum dan programmer), Noel (pemain bass, recorder/ suling, vokal bantuan dan angklung ) dan Niko ( gitar, penyanyi, sapeg ( gitar tradisional suku Dayak )dan suling/ recorder ) dan seorang session player pada vokal bernama Ade, telah bermain di beberapa gigs dari Japan Music Week 2010 dan beberapa panggung kecil yang mengenang di daerah Tokyo. Ini merupakan kunjungan pertama mereka di Jepang dan tentunya proses menuju ke Jepang mengalami banyak rintangan seperti masalah surat menyurat ( birokrasi ) dan berpuncak pada meninggalnya ayahanda tercinta dari Martin sang penabuh drum. Namun hal ini tidak menyurutkan tekad kami untuk berangkat ke negeri Matahari terbit tersebut.

Tanggal 9 November adalah hari pertama Kezia unjuk gigi di Jepang, tepatnya di Tokyo Tower dalam rangkaian acara Japan Music Week 2010 yaitu Asian Music Festival. Karena Niko dan Ade belum bisa tiba karena kepengurusan visa yang belum selesai, akhirnya Kezia bermain akustik yang diwakili oleh Martin dan Noel. Mereka membawakan 4 lagu yang penuh nuansa pedesaan namun tetap berbalut modern. Lagu Adriano Stevenson , lagu yang bernafaskan suling batak dan ritmis gitar pop, mereka bawakan dengan syahdu dan berhasil membuai telinga para pendengar terutama penonton wanita. Walau menggunakan bahasa Indonesia, itu sama sekali tidak mempengaruhi nilai emosionalnya. Hear Me Now, lagu yang bernuansa Britpop ini dibawakan dengan sentuhan suara angklung yang merupakan khas dari Jawa barat. Total dan juga Semua Mimpi mereka bawakan juga dengan apik.

Total sendiri yang adalah lagu dengan nuansa jazz rock yang banyak memasukan unsur percampuran Sunda, Jawa, dan Bali di melodinya, berhasil mereka bawakan juga yang langsung disambut meriah. Begitu juga dengan Semua Mimpi, walau lagu ini tidak dibawakan dengan sapeg ( gitar tradisional suku Dayak ) tetapi sentuhan- sentuhannya masih tetap terasa dari permainan gitar Noel sang bassis yang malam itu mengemban tugas sebagai pemain gitar dan vokal. Malam itu Martin lebih banyak memainkan perkusi dan angklung. Penonton juga terdiri atas band- band/ penyanyi penampil yang berasal dari Filipina, China, Singapore, Jepang dan tampak beberapa orang dari kedutaan besar Finlandia yang sangat mengapresiasi karya Kezia.

Tanggal 10 November Niko sang vokalis dan Ade tiba di Tokyo, setelah menyelesaikan kepengurusan visanya. Berselang dua hari kemudian yaitu tanggal 12 November, Kezia tampil kembali di sebuah hall bernama Lete. Hall ini biasa digunakan untuk pertunjukan permainan gitar klasik. Nuansa ruangan yang serba kayu dan kedekatan antara si artis dan penonton membuat tempat ini terasa lebih hangat. Lete sendiri terletak 4-5 km dari stasiun kereta Meidaimae. Malam itu sambil ditemani wine yang dibelikan oleh seorang Jepang yang baik hati, nuansa keakraban dan kehangatan pun terasa. Kembali dengan format akustik, Kezia membawakan 2 lagu. Kali ini mereka membawakan Adriano Stevenson dan Semua Mimpi. Kezia juga ditemani oleh Ade -session player pada vokal dan sekaligus management officer- mereka yang hari itu membantu menjadi vokal tamu dalam lagu Adriano Stevenson. Sambutan hangat dan kekeluargaan pun tercipta, suasana sehabis tampil pun sangat menunjukkan bahwa memang orang Jepang penuh dengan sopan santun dan sangat menghargai karya seni.

Tanggal 14 November adalah hari yang membuat kami cukup sibuk. Karena di hari itu kami akan tampil di Rock West- sebuah bar di daerah Shibuya- Tokyo, masih dalam rangkaian tour Japan Music Week 2010 yang bertajuk Hardrock Nite dan juga di pagi harinya kami diundang oleh salah satu pemuka agama di sana untuk tampil dalam perayaan keagamaan mereka yang saat itu juga memperingati hari anak- anak. Tanpa memandang suku, ras dan agama mereka mempersilahkan kami untuk tampil. Karena waktu yang terbatas, kami berpikir untuk membawakan 1 lagu cover anak- anak yang berjudul Ambilkan Bulan Bu yang digubah menjadi ala Kezia yang penuh dengan nuansa pedesaan nan syahdu. Gitar akustik dan suling pun menjadi kekuatan Kezia kali ini dan Ade pun membantu menjadi vokal tamu lagi kali ini. Kami pun tidak menyangka sambutan dari audience sangat luar biasa. Bahkan ada yang sampai menitikan air mata karena kami membawakan lagu ini dengan penuh penjiwaan. Selain itu kami pun mendapat undangan makan siang dari warga setempat. Luar biasa.

Siang harinya kami bergegas menuju Rock West di Shibuya- Tokyo. Usai check-sound pada sore hari kira- kira pukul 19.00, Kezia mengguncang Rock West- Shibuya. Lagu pertama kami buka dengan Leleng Utan Along yang merupakan lagu tradisional suku Dayak Kalimantan Timur. Tanpa jeda Adriano Stevenson pun kembali dilantunkan. Di dua lagu ini, Ade benar- benar membantu dengan menjadi vokal tamu kembali. Suaranya yang bulat dan khas pop memberikan sentuhan manis dan berbeda di tengah- tengah nuansa rock. Hal ini pun membuat penonton sangat menyukainya, sehingga ia mendapat penggemar baru di Jepang. Sedikit berkomunikasi dengan penonton, lagu selanjutnya adalah Here With Me. Lagu yang dibuka dengan teriakan tari kecak, membuat penonton yang berasal dari Kanada, Australia, Jepang, Amerika dan Singapura tercengang. Banyak penonton yang teringat akan Pulau Dewata itu. Akhirnya medley 3 lagu pun dijalankan. Hear Me Now, Walking Forward, dan Total dimainkan. Tiga lagu ini sangat menguras tenaga personil Kezia.

Lagu terakhir ditutup dengan Semua Mimpi. Kali ini sapeg benar- benar dimainkan. Semua mata pun tertuju pada gitar tradisional Dayak itu. Suara yang alakadarnya tetapi sangat khas membuat para gitaris dari berbagai negara mengamati penuh antusias. Bahkan Nikolas Faraguna atau yang akrab dipanggil Nichols, seorang solo guitarist dari Kanada tergila- gila dengan sapeg dan hampir meneteskan air mata mendengarkan lagu Hear Me Now yang didedikasikan untuk korban bom bali karena banyak temannya yang menjadi korban. Pun solo guitarist dari Australia yang mengungkapkan rasa terima kasih karena sudah mau menghormati para korban bom Bali yang banyak berasal dari Australia. Niko sang vokalis pun sempat melakukan tari Tor- tor dari Sumatera Utara di tengah- tengah lagu Semua Mimpi. Niko yang menggunakan ulos yang dijadikanya rok, sepertinya menyatu dengan tarian itu. Malam itu Kezia membawakan semua lagu yang ada pada E.P/ mini-album pertama mereka yang berjudul “etno alternative” dan menutup pertunjukkan malam itu dengan apik.

Sebelum kembali ke Indonesia, Kezia menyempatkan diri untuk mengisi acara di sebuah restoran milik orang Indonesia di Jepang. Tempatnya kira – kira 3 menit dari stasiun kereta Hamamatsuchoi kalau berjalan kaki. Nama restoran tersebut adalah Masakan Bali. Tepatnya tanggal 15 November kira- kira menjelang maghrib, Kezia bermain akustik yang diwakili oleh Niko dan Ade dengan mantab karena Noel dan Martin sudah kembali ke Indonesia pada pagi harinya. Acara itu pun dihadiri orang- orang KBRI di Jepang. Keesokan harinya Niko dan Ade sudah kembali ke Indonesia.

Jepang banyak memberikan kami pelajaran. Dari mulai disiplin dan juga keramahannya sampai modernisasi dan toleransi beragama. Apresiasi terhadap berbagai hal pun sudah sangat baik. Semoga Indonesia bisa mencontoh hal- hal positifnya - DapurLetter.com


"Kezia Unjuk Gigi di Japan Music Week 2010"

Band Kezia baru saja merampungkan tur kecilnya di Jepang. Mereka pun sempat unjuk gigi di Japan Music Week 2010.

Seperti rilis yang dikirimkan kepada detikhot, Kezia melakukan tur kecilnya di Tokyo, Jepang pada 8-16 November lalu. Sebelumnya, mereka juga menyambangi Singapura untuk bermain pada Singapore Street Festival 2010.

Perjalanan band yang beranggotakan Martin (drum, programmer), Noel (bass,recorder/suling,angklung), Niko (gitar,penyanyi, sapeg-gitar tradisional suku Dayak dan suling/recorder) dan Ade (vokal) itu tidak mudah.

Berbagai kendala mereka alami saat menuju Jepang seperti pengurusan visa, sampai anggota keluarga salah satu personel yang meninggal. Namun hal tersebut tidak menyurutkan tekad Kezia untuk unjuk gigi di Negeri Sakura.

Tanggal 9 November adalah hari pertama Kezia unjuk gigi di Jepang, tepatnya di Tokyo Tower dalam rangkaian acara Japan Music Week 2010 yaitu Asian Music Festival. Karena Niko dan Ade belum bisa tiba karena kepengurusan visa yang belum selesai, akhirnya Kezia bermain akustik yang diwakili oleh Martin dan Noel.

Dalam penampilannya itu, Kezia membawakan lagu dengan nuansa pedesaan ciri khas Indonesia, namun tetap dibalut secara modern. Mereka memang mempunyai misi untuk memperkenalkan musik tradisional Indonesia di kancah International.

Lagu berjudul 'Adriano Stevenson' yang bernafaskan suling batak dan ritmis gitar pop, mereka bawakan dengan syahdu sehingga membuat telinga para pendengar, terutama penonton wanita terbuai. Lagu lainnya, 'Hear Me Now' yang bernuansa Britpop disuguhkan dengan sentuhan suara angklung yang merupakan khas dari Jawa Barat.

Bagi Anda yang belum pernah mendengar lagu-lagu Kezia, mereka adalah band etno-alternative rock yang berasal dari Bogor. Musik yang diusung adalah penggabungan antara etnik (musik tradisional), techno dan alternative rock. - Detiknews


Discography

EP : Etno Alternative ; Officially released in Singapore on June 2010. Released in Indonesia in August 2010.
EP track lists :
1. Adriano Davioso Stevenson
2. Here me now
3. Here with me
4. Hidden track
5. Semua Mimpi

Photos

Bio

KEZIA is an Etno Alternative rock from Bogor, Indonesia. KEZIA is a three members band that optimized the musical arrangements with full of sub genres of music. There are no limitation on music itself made the band to be fully experimentally arrange the music into a highly fresh character.
Based on some differences in musical influences made the musical arrangements to be rich and solid art work.
Big in the 90's bring the element quite full fill the atmosphere blended with musical trends now, but yet it is not a state of following the trend. The musical influences mix out with the creative thought of making music in idealism and yet ear catchy.